"Apabila Allah menolong kamu, tidak ada yang akan sanggup mengalahkan kamu dan menghinakan kamu. Maka siapakah yang akan menolongmu setelah pertolongan Allah??Dan kepada Allahlah orang yang beriman hendaknya bertawakal."
----------------------------------------------------------------------------------------

Kamis, 19 Maret 2009

Sabar

Entah sudah berapa kali nasehat tentang sabar aku sampaikan kepada saudari-saudariku. Ketika sedang mendapat karunia cobaan, ketika sedang marah, ketika sedang mendapat teguran, ketika harus menunggu....
Tapi kenyataannya tidaklah semudah mengucapkannya saat aku sendiri seharusnya mengamalkannya. Sungguh pembelajaran paling sulit dalam hidup adalah belajar untuk sabar dan belajar untuk syukur.
Ketika hati membisikan marah, tidaklah mudah menggantinya dg sabar.Biarpun istighfar beribu kali terucap dr lisan ini, tapi hati masih juga ternoda oleh emosi bernama marah. Astaghfirullohal'adhim...
Ketika aku harus menunggu sesuatu yang aku sendiri tak tahu bilakah datangnya, bukan sabar yang terentas di jiwa tetapi malah sebuah kebimbangan menjelma. Robbi....Pada siapa lagi gundah harus kulabuhkan, kalau tidak keharibaanMu.
Hidup adalah sebuah pembelajaran untuk bersyukur dan bersabar. Hidup adalah memahami dan mengerti...memahami arti penciptaan kita, memahami saudara-saudara kita, memahami keterbatasan kita, memahami keterbatasan saudara kita, memahami akan menjadi sosok seperti apa diri ini..
Bismillah..Robbi ajari diri ini untuk memahami dan mengerti, ajari diri ini untuk syukurd dan sabar.....

Minggu, 01 Februari 2009

SMS seorang teman

APA KABAR HATI???
Apakabar hati?
Masihkah ia embun ?
Merunduk tawadu’ di pucuk-pucuk daun...
Masihkah ia karang?
Berdiri tegar menghadapi gelombang ujian...

Apakabar iman?
Masihkah ia bintang?
Terang benderang menerangi kehidupan...

Apakabar saudariku?
Semoga Alloh senantiasa melindungi dan menjaga kita..
Hati kita..
Iman kita...Hari ini dan untuk selamnya.

Senin, 05 Januari 2009

BELAJAR KARENA SUKA ATAU BELAJAR UNTUK SUKA ???

Adalah sangat manusiawi ketika kita memiliki kecenderungan untuk lebih lebih menyukai sesuatu daripada yang lain. Begitu juga dalam hal belajar. Sebagai contoh pelajaran matematika. Bagi sebagian orang yang tidak menyukai matematika, belajar matematika adalah saat-saat yang paling membosankan, membuat pusing, waktupun terasa begitu lambat berjalan. Akan sangat berbeda bagi orang yang menyukai matematika, baginya belajar matematika tidak jauh berbeda dengan refreshing. Berkutat dengan angka-angka merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Adrenalinnya yang terpompa akan memacu semangat, dan adalah kepuasan tersendiri saat ia memahami suatu hal baru dalam matematika. Apalagi ketika ia bisa membaginya dengan orang lain. Tetapi bagaimana jadinya jika kita dihadapkan pada pelajaran yang kurang kita sukai, apa yang harus kita lakukan ?? Akankah kita melarikan diri dari hal yang tidak kita suka itu atau sebaliknya kita akan hadapi dengan lapang dada, kita akan tekuni dengan sepenuh jiwa?? Atau dengan kata lain akankah ketidaksukaan itu kita pelihara ataukah kita akan belajar untuk menyukai ???
Belajar karena menyukai atau belajar untuk menyukai ??? Itu pertanyaan kunci yang harus dijawab ketika kita bicara soal pelajaran dan soal suka tidak suka. Pertanyaan itu pula yang akhir-akhir ini sering saya tanyakan pada diri sendiri. Saat diri ini dihadapkan pada 2 hal, yang satu saya sukai sedang yang satu lagi kurang begitu saya suka. Akan tetapi saat ini saya mendapat amanah untuk berkecimpung dalam hal yang kurang saya suka tersebut. Akankah saya belajar hal yang suka saja karena saya memang suka belajar hal tersebut, walaupun tidak sesuai dengan amanah yang saya emban. Ataukah saya belajar hal yang kurang saya suka dengan harapan ketika semakin menguasainya saya akan bisa menyukai. Selama ini, walaupun sedikit berat dua-duanya saya lakukan. Saya mempelajari hal yang kurang saya suka agar bisa menyukai, tetapi pada saat yang sama saya juga tidak meninggalkan untuk terus dan terus belajar hal yang saya suka. Bagaimana dengan Anda, apa yang akan anda lakukan jika ada di posisi saya ??? Thanks for your attention...

Kamis, 13 November 2008

KEBIJAKAN

Dimanapun kita berada kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya kebijakan. Entah itu kebijakan di tingkat keluarga, tingkat desa, tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi maupun kebijakan negara. SEmakin tinggi hirarki institusi maka kebijakan tersebut akan semakin besar artinya karena yang dipertaruhkan bukan hanya kepentingan sendiri tapi juga kepentingan orang banyak yang ada di institusi itu sendiri.
Awalnya saya mengira intervensi kepentingan pribadi pada kebijakan institusi hanya terjadi pada orang-orang yang memang nuraninya sudah tercemari, orang-orang yang sudah tidak punya lagi istilah ketulusan dalam kamus hidupnya. Pendek kata orang-orang yang layak mendapat predikat aktor KKN saja. Bagaimana tidak dia tega mempertaruhkan nasib orang-orang yang seharusnya dia perjuangkan nasibnya, hanya karena iming-iming keuntungan pribadi yang ujung-ujungnya kembali pada masalah klasik-UANG.
HAl seperti itulah yang kemudian membuat saya punya image negatif pada orang yang meraih sesuatu-entah itu jabatan ataupun peluang- karena faktor kedekatan dengan orang dalam. Bukankah itu berarti menutup peluang bagi orang lain yang meski punya potensi tapi tidak punya koneksi? Itu sama saja bahwa nantinya sebuah jabatan maupun peluang hanya akan dimiliki oleh kelompok itu-itu saja. Yang jadi pejabat, ya orang-orang dekat pejabat. Yang jadi dokter ya anak-anaknya para dokter. Yang bisa berkembang ya hanya orang-orang yang dekat dengan pimpinan. Sementara orang-orang lain yang sebenarnya punya potensi, harus terkalahkan hanya karena kebetulan keluarganya bukan pejabat, atau karena tidak punya uang untuk suap atau karena kebetulan tidak satu "kelompok" dengan pimpinan. IRONIS!!! Itukah yang disebut keadilan?Menurut saya itu lebih tepat disebut kebijakan yang tidak bijak.
Seorang teman, senior saya pernah berkata bahwa hubungan interpersonal atau pertemuan informal bisa menjadi jalan munculnya kebijakan. Sebagai uslub pendekatan atau lobying saya sepakat. Tetapi ketika itu sudah menjadi toriqoh sepertinya ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam mindset kita.
Yang kemudian saya pertanyakan apa gunanya peraturan, jika semuanya akan fine hanya dengan kedekatan dengan pimpinan ?
Setelah terjun ke dunia kerja, saya paham bahwa di dunia kerja selain kepandaian akademik atau prestasi kerja yang namanya HAM juga sangat penting. Tetapi saya tidak sepakat kalau HAM menjadi satu-satunya penilaian. Apalagi jika yang dimaksud HAM, adalah hubungan dengan pimpinan. Wallohua'lam...

Jumat, 31 Oktober 2008

SEBUAH FENOMENA

Kalau kita lihat pemberitaan di layar TV, akhir-akhir ini ada dua fenomena yang cukup menarik untuk kita ambil hikmahnya. PEristiwa pertama tentang seorang lelaki yang menikah dengan gadis berusia 12 tahun. Banyak komentar yang kebanyakan menghujat kelakuan lelaki tersebut. Ada yang menyebut pedofilia, tidak menghargai hak anak yang masih dalam masa bermain, macam-macamlah. Sampai ada juga yang menuntut lelaki tersebut untuk menceraikan si gadis kecil yang sudah terlanjur dinikahinya. Disini saya tidak akan membahasnya dari segi setuju atau tidak setuju, juga tidak dari aspek fikihnya. Saya hanya tergelitik untuk membandingkannya dengan satu fenomena yang begitu kontrasnya.
Tentang beredarnya video dua sejoli pelajar SLTP yang sedang berhubungan layaknya suami istri. Dua pelajar SLTP yang belum menikah berhubungan suami istri. Jelas semua pihak juga setuju kalau itu menunjukan degradasi moral sebagian generasi muda bangsa ini. SEbuah fenomena yang sebenarnya bukan sekali ini saja terjadi. Tetapi Menjadi menarik karena beritanya bersamaan dengan pemberitaan pernikahan dini diatas.
Kalau anda sebagai orang tua, lebih memalukan mana antara gadis muda anda dinikahi secara resmi oleh seorang lelaki dibandingkan gadis anda melakukan zina dengan sesama remaja? Tentu anda akan memilih putri anda dinikahi secara resmi, walaupun masih 'muda'. Meskipun hasil akhirnya putri anda sama-sama dinikahi, tetapi jika diawali dengan zina tentu akan terasa lebih 'memalukan'.
Kalau kita lihat dari sisi si lelaki. Menurut anda lebih bejat mana antara lelaki yang menggauli gadis kecil di luar nikah dengan lelaki yang menikahi gadis yang masih kecil, walaupun dua-duanya sudah baligh ?? Tentu lebih tidak bertanggung jawab orang yang menggauli gadis di luar nikah.
Wallohu'alam....

KETIMPANGAN

Menurut anda apa sih yang dimaksud timpang?Timpang ya tidak seimbang, tidak adil. Pilih kasih terhadap teman, juga timpang,. Mengejar dunia tanpa mempedulikan akhirat juga timpang. Beribadah terus dan hanya mengharap belas kasihan orang untuk masalah rizki juga timpang. Para workaholik yang hanya mementingkan kerja tanpa mempedulikan keluarga juga timpang. Orang-orang yang hanya mengejar hak tanpa mengerjakan kewajiban juga timpang. Orang yang selalu menuntut pihak lain untuk melakukan kewajiban tapi tidak memenuhi haknya juga timpang. Termasuk pada diri sendiri.

Astaghfirullohal'adhim...Akhir-akhir ini saya termasuk orang yang timpang dan tidak adil pada diri sendiri. Memforsir diri dengan seabrek pekerjaan, tapi tidak memperhatikan hak-hak badan. Makan tidak teratur, istirahat kurang, tidak memenuhi hak otak untuk refreshing, tidak memenuhi hak qolbu untuk mendekatkan diri padaNya,....TIdak heran jika alarm tubuh ini mulai memberikan sinyal memprotes perlakuan saya pada diri sendiri.RUpanya ritme hidup saya sudah melebihi ambang toleransi tubuh ini. Maafkan aku wahai tubuhku.

Ketidakadilan itu sebenarnya sering sekali saya lakukan. Alasan saya??? Seperti biasa " lha mau bagaimana lagi, kondisi mengharuskan saya seperti itu". Seolah-olah tidak ada orang lain lagi yang mengerjakannya. Seolah-olah hanya diri ini yang berkewajiban untuk menyelesaikannya. Seolah-olah diri dan tubuh ini adalah super woman yang bisa diperlakukan semau saya...

Menjadi orang perfectionist acapkali membebani diri, mewajibkan diri untuk melakukan segalanya, kata "harus" tidak pernah lepas dari kamus hidup saya untuk target yang saya tetapkan sendiri.

Terkadang saya lupa bahwa "tidak ada yang sempurna keculai Yang Maha Sempurna". Astaghfirulloh....ampuni diri ini Robbi.

Kamis, 18 September 2008

Sebait Rindu untuk Jogjaku

Jogja...
Selaksa asa pernah kusemai disana
Segala likunya tlah membawaku seperti adanya
Manusia...dengan derai tawa juga airmata

Jogjaku...
Setiap sudutmu mengukir rindu
Secuil hatiku tlah menyatu dalam adamu

Berat langkah saat takdirnya...
mengharuskan kaki kearah yang berbeda.

Jogjaku...
Nantikan aku melabuhkan rindu
dalam damai dekapmu...


Kota Satria, bulan ke-7